softfruittraffic

Earn from surfing 1000 sites daily $0,50. Now we have dynamic surf ratio, progressive ratio has defined that when you reach page 500, you have surf ratio 1:1, for free members.

you will receive cash for active surfing at the rate of $0.30 for 1000 sites viewed

EasyHits4U is a popular traffic exchange program with over 1.000,000 members. This site is a 1:1 traffic exchange system.

Boost Your Biz to New Heights

Elevated Traffic is your "One Stop Shop" with a 3-way advertising combination that will far exceed your expectations.

Splash-Wave- Manual Traffic Exchange

Splash-Wave- Manual Traffic Exchange A JAC Traffic Product. Featuring: VTG Game Zubee Coins AdOne-Ten Stickers Great Advertising - Great Rewards!

Here's what you're missing:

* Up to 100% Commissions for Upgraded Members! * Exclusive Promo-Codes to Top Exchanges for CEO Members! * Unlock the Briefcase and Win 1000 Credits! * Surf 50 pages to Enter the Daily Drawing for $0.50 and 100 Credits! * Weekly Surf and Referral Contests with Cash Prizes!

Saturday, February 27, 2010

Dimana Batas Kesabaran




SEMANGAT PAGI,….

"Walaupun seseorang dapat mengalahkan ribuan musuh dalam pertempuran, tapi sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat mengalahkan dirinya sendiri."
-- Buddha

Beberapa bulan yang lalu saya bertemu dengan seorang teman. Dalam pertemuan sore hari di sebuah kedai kopi di bilangan Jakarta Selatan, ia menumpahkan unek-uneknya. Artikel yang dia kirimkan ke sejumlah media, tak jua muncul. Padahal, seperti diuraikan olehnya, ia sudah mengirimkan artikel tersebut ke tujuh media cetak. Hasilnya sama, artikelnya tidak dimuat. Ah, ini pengalaman saya beberapa tahun silam. Saya katakan kepadanya, bahwa sekitar tahun 2000-an, artikel pertama saya yang saya buat ditolak oleh lebih dari 8 media cetak. Setelah dilakukan perbaikan di sana-sini, artikel tersebut akhirnya muncul juga di satu media cetak. Saya mencoba untuk memberinya semangat. Saya katakan padanya artikel tersebut perlu diperbaiki. Dengan memasukkan isu hangat agar up to date. Dia telah melakukan itu semua. Dengan setengah frustrasi, dia berujar bahwa kesabaran ada batasnya. Dia menggugat, "mau sampai kapan artikel tersebut harus dikirim?"

Sang teman nampaknya telah lelah. Tapi, kisah tentang John Grisham bolehlah disimak. Grisham adalah penulis novel terlaris era 1990-an. Novel pertamanya yang berjudul "A Time To Kill", ditulis pada 1984 dan selesai 3 tahun kemudian. Saat ia menulis novel tersebut, Grisham masih menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Mississippi. Dia berprofesi pula sebagai pengacara. Tahun 1990, ia melepaskan jabatannya sebagai anggota dewan. Nama besar sebagai anggota dewan dan pengacara ternyata tak menjamin bahwa novel pertamanya diminati oleh penerbit. Coba tebak, sampai berapa kali novel pertamanya harus ditawarkan ke penerbit? Tak kurang dari 16 agen dan lebih dari 30 penerbitan menolak novel pertama Grisham.

Novelnya tersebut akhirnya dibeli juga oleh satu penerbit, Wynwood Press. Dicetak sebanyak 5 ribu eksemplar dan terbit bulan Juni 1988. Novel ini disambut adem ayem oleh para pembaca di negeri Paman Sam. Walau Grisham sendiri telah membeli 1000 kopi untuk ia jual sendiri dengan berkeliling ke daerah Selatan Amerika, tapi novel pertama Grisham dipasaran dapat dikatakan tidaklah sukses.

Menyerahkah Grisham menulis novel? Tidak. Ia kemudian melanjutkan menulis novel keduanya, `The Firm'. Grisham tetap konsisten dengan aturan yang ia buat sendiri. Setiap pagi dirinya harus bangun jam lima pagi dan menyempatkan untuk menulis selama satu jam. Setelah selesai dengan novel keduanya ini, ia kembali menawarkan pada penerbit yang sama. Tetapi Grisham kaget bukan kepalang, karena novelnya dibeli seharga 600 ribu US dolar, bukan oleh penerbitnya, tapi oleh Paramount Pictures. Pihak Paramount Pictures yakin bahwa film yang diangkat dari novel `The Firm' akan sukses bila dibintangi oleh pemain sekaliber Tom Cruise. Tentu saja perjanjian yang melibatkan uang dalam jumlah besar membuat banyak pihak dan para penerbit yang tadinya menolak karya Grisham mau tak mau menoleh kembali. Begitulah kisah Grisham di awal ketika ia pertama kali menulis novel.

Balik kembali ke pertanyaan: di mana batas kesabaran sesungguhnya? Saya ingin bertanya, bila Anda ingin menegaskan kembali pernyataan Anda kepada lawan bicara Anda, berapa kali Anda perlu mengulang. Dua kali? tiga kali? atau lima kali? Saya menduga, bila Anda mengulang hingga lima kali, Anda akan merasa jengkel dibuatnya.

Sabar merupakan kata yang berulang kali disampaikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur'an, Dia menyinggung masalah kesabaran ini di sekitar tujuh puluh tempat. Hal ini untuk menegaskan betapa pentingnya arti kesabaran bagi manusia. Situs Sabda Alkitab (http://alkitab. sabda.org) menyebutkan bahwa dalam Injil setidaknya terdapat 51 ayat yang berkaitan dengan sabar. Sedangkan Toni Yoyo dalam artikelnya, "Sabar? Yes!" menjelaskan bahwa dalam Dhammapada Bait 184, Sang Buddha mengatakan, "Kesabaran adalah praktek bertapa atau pengendalian diri yang terbaik. Nibbana (Nirwana) adalah yang tertinggi. Begitulah sabda Para Buddha. Dia yang masih menyakiti dan menganiaya orang lain sesungguhnya bukanlah seorang pertapa (samana)." Dalam Agama Hindu, sikap sabar dijabarkan begitu luhurnya dalam ajaran Panca Yama Brata. Sikap sabar menjadi landasan spiritual di dalam memandang masalah yang dihadapi. Orang yang sabar lebih banyak mendapatkan berkah dari yang tidak sabar. Demikian dijelaskan dalam artikel 'Melatih Diri Menjadi Lebih Sabar' yang ditulis oleh Putu Sumardhaya.

Itulah mengapa dalam setiap agama, diajarkan bahwa sabar merupakan kata kunci dalam menjalani hidup ini. Jelaslah, bahwa sesungguhnya tak ada istilah, "sabar itu ada batasnya" atau "kesabaran saya sudah habis!". Orang yang tabah dalam menghadapi segala kesulitan akan dianugerahi kesabaran yang sempurna. Semoga saja.(180110)

Salam
Agus Sang Panglima

SEMANGAT PAGI,….

"Walaupun seseorang dapat mengalahkan ribuan musuh dalam pertempuran, tapi sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat mengalahkan dirinya sendiri."
-- Buddha

Beberapa bulan yang lalu saya bertemu dengan seorang teman. Dalam pertemuan sore hari di sebuah kedai kopi di bilangan Jakarta Selatan, ia menumpahkan unek-uneknya. Artikel yang dia kirimkan ke sejumlah media, tak jua muncul. Padahal, seperti diuraikan olehnya, ia sudah mengirimkan artikel tersebut ke tujuh media cetak. Hasilnya sama, artikelnya tidak dimuat. Ah, ini pengalaman saya beberapa tahun silam. Saya katakan kepadanya, bahwa sekitar tahun 2000-an, artikel pertama saya yang saya buat ditolak oleh lebih dari 8 media cetak. Setelah dilakukan perbaikan di sana-sini, artikel tersebut akhirnya muncul juga di satu media cetak. Saya mencoba untuk memberinya semangat. Saya katakan padanya artikel tersebut perlu diperbaiki. Dengan memasukkan isu hangat agar up to date. Dia telah melakukan itu semua. Dengan setengah frustrasi, dia berujar bahwa kesabaran ada batasnya. Dia menggugat, "mau sampai kapan artikel tersebut harus dikirim?"

Sang teman nampaknya telah lelah. Tapi, kisah tentang John Grisham bolehlah disimak. Grisham adalah penulis novel terlaris era 1990-an. Novel pertamanya yang berjudul "A Time To Kill", ditulis pada 1984 dan selesai 3 tahun kemudian. Saat ia menulis novel tersebut, Grisham masih menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Mississippi. Dia berprofesi pula sebagai pengacara. Tahun 1990, ia melepaskan jabatannya sebagai anggota dewan. Nama besar sebagai anggota dewan dan pengacara ternyata tak menjamin bahwa novel pertamanya diminati oleh penerbit. Coba tebak, sampai berapa kali novel pertamanya harus ditawarkan ke penerbit? Tak kurang dari 16 agen dan lebih dari 30 penerbitan menolak novel pertama Grisham.

Novelnya tersebut akhirnya dibeli juga oleh satu penerbit, Wynwood Press. Dicetak sebanyak 5 ribu eksemplar dan terbit bulan Juni 1988. Novel ini disambut adem ayem oleh para pembaca di negeri Paman Sam. Walau Grisham sendiri telah membeli 1000 kopi untuk ia jual sendiri dengan berkeliling ke daerah Selatan Amerika, tapi novel pertama Grisham dipasaran dapat dikatakan tidaklah sukses.

Menyerahkah Grisham menulis novel? Tidak. Ia kemudian melanjutkan menulis novel keduanya, `The Firm'. Grisham tetap konsisten dengan aturan yang ia buat sendiri. Setiap pagi dirinya harus bangun jam lima pagi dan menyempatkan untuk menulis selama satu jam. Setelah selesai dengan novel keduanya ini, ia kembali menawarkan pada penerbit yang sama. Tetapi Grisham kaget bukan kepalang, karena novelnya dibeli seharga 600 ribu US dolar, bukan oleh penerbitnya, tapi oleh Paramount Pictures. Pihak Paramount Pictures yakin bahwa film yang diangkat dari novel `The Firm' akan sukses bila dibintangi oleh pemain sekaliber Tom Cruise. Tentu saja perjanjian yang melibatkan uang dalam jumlah besar membuat banyak pihak dan para penerbit yang tadinya menolak karya Grisham mau tak mau menoleh kembali. Begitulah kisah Grisham di awal ketika ia pertama kali menulis novel.

Balik kembali ke pertanyaan: di mana batas kesabaran sesungguhnya? Saya ingin bertanya, bila Anda ingin menegaskan kembali pernyataan Anda kepada lawan bicara Anda, berapa kali Anda perlu mengulang. Dua kali? tiga kali? atau lima kali? Saya menduga, bila Anda mengulang hingga lima kali, Anda akan merasa jengkel dibuatnya.

Sabar merupakan kata yang berulang kali disampaikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur'an, Dia menyinggung masalah kesabaran ini di sekitar tujuh puluh tempat. Hal ini untuk menegaskan betapa pentingnya arti kesabaran bagi manusia. Situs Sabda Alkitab (http://alkitab. sabda.org) menyebutkan bahwa dalam Injil setidaknya terdapat 51 ayat yang berkaitan dengan sabar. Sedangkan Toni Yoyo dalam artikelnya, "Sabar? Yes!" menjelaskan bahwa dalam Dhammapada Bait 184, Sang Buddha mengatakan, "Kesabaran adalah praktek bertapa atau pengendalian diri yang terbaik. Nibbana (Nirwana) adalah yang tertinggi. Begitulah sabda Para Buddha. Dia yang masih menyakiti dan menganiaya orang lain sesungguhnya bukanlah seorang pertapa (samana)." Dalam Agama Hindu, sikap sabar dijabarkan begitu luhurnya dalam ajaran Panca Yama Brata. Sikap sabar menjadi landasan spiritual di dalam memandang masalah yang dihadapi. Orang yang sabar lebih banyak mendapatkan berkah dari yang tidak sabar. Demikian dijelaskan dalam artikel 'Melatih Diri Menjadi Lebih Sabar' yang ditulis oleh Putu Sumardhaya.

Itulah mengapa dalam setiap agama, diajarkan bahwa sabar merupakan kata kunci dalam menjalani hidup ini. Jelaslah, bahwa sesungguhnya tak ada istilah, "sabar itu ada batasnya" atau "kesabaran saya sudah habis!". Orang yang tabah dalam menghadapi segala kesulitan akan dianugerahi kesabaran yang sempurna. Semoga saja.(180110)

Salam
Agus Sang Panglima

KEJUJURAN



"Kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. "
-- Anonim

HAMDAN adalah sebuah anomali. Dia pergi ke kantor hanya dengan
mengendarai sepeda motor yang sudah butut. Helmnya pun bau apak.
Jaketnya kumal. Padahal Hamdan merupakan orang penting di sebuah
perusahaan. Dialah yang menjadi pengatur keluar masuknya barang yang
menjadi komoditas perusahaannya. Hamdan berkali-kali mengatakan
dirinya hanya berusaha keras menjalankan pekerjaan dengan baik.
Sehari-hari dia mencatat dengan penuh ketelitian, agar jangan sampai
satu barang pun lenyap ataupun nyelonong ke tempat lain.

Ketelitian menjadi panglima. Kejujuran menjadi napas dalam hidupnya.
Berkali-kali dia berperang dengan sikapnya itu. Tatkala keluarganya
membutuhkan uang berlebih untuk sebuah keperluan, dia hanya
mengandalkan tabungannya yang tak seberapa. Begitu selalu. Hamdan
pun dicap sebagai orang aneh.

Hingga pada suatu saat ketika Hamdan telah pensiun, mantan koleganya
menghubunginya meminta bertemu. Ternyata koleganya memintanya
mengelola pendistribusian barang-barang di perusahaannya. Tentu
dengan gaji dan fasilitas yang menggiurkan, yang tidak didapatkan
oleh Hamdan di perusahaan sebelumnya. Sang kolega pun berbaik hati
dengan menawarkan kerjasama kepada Hamdan bila berminat, untuk
menaruh saham di perusahaan tersebut. Hamdan tak membuang kesempatan
emas ini. Jadi Hamdan tidak hanya mengelola, tapi juga diberi
kesempatan memiliki perusahaan yang ditanganinya sekarang.

Rupanya, inilah buah kejujuran yang dimiliki Hamdan. Sang kolega
mempercayai penuh kejujuran yang dimiliki Hamdan, ditambah dengan
kecakapannya mengelola pendistribusian barang.

Kejujuran, dan juga kisah Hamdan sendiri, memang menjadi sesuatu
yang aneh dan langka. Tak usah mencari jauh-jauh contohnya. Bacalah
koran, tonton tivi, atau dengarlah radio. Setiap hari kita jumpai
kasus korupsi, perampokan, penipuan, pencurian, tindak kekerasan,
perselingkuhan, atau kasus kriminal lainnya. Kesemuanya bermuara
pada satu hal, bahwa komitmen mengenai kejujuran tidak terpenuhi.

Jujur tak hanya diartikan secara harfiah sebagai 'berkata benar,
mengakui atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengan
kenyataan dan kebenaran'. Tapi juga dalam pengertian yang lebih
luas, tidak berbohong, tidak menipu, tidak mencuri, tidak korupsi,
tidak berbuat tindak kekerasan, tidak melakukan selingkuh, dan
sejumlah `tidak' lainnya, merupakan bentuk lain dari sebuah
kejujuran.

Oleh karena itu kejujuran membutuhkan komitmen untuk pemenuhan
kejujurannya. Dalam jenis pekerjaan apapun, nilai sebuah kejujuran
tak bisa ditawar-tawar lagi. Anda harus memegang teguh pada komitmen
dimanapun Anda berada dan bekerja. Tidak boleh berbohong. Tidak
boleh menipu. Tidak boleh merekayasa. Bagaimana Anda mau dikatakan
jujur, jika hendak menjadi caleg saja harus menyogok. Bagaimana Anda
mau dikatakan jujur, jika Anda membohongi publik dengan aksi
menggoreng saham, yang nilai sahamnya memang tidak sebanding dengan
nilai buku perusahaan.

Lantas, bagaimana agar nilai-nilai kejujuran dapat terus berkembang?
Kejujuran sesungguhnya dapat ditularkan. Sama seperti virus, ia
dapat menyebar dengan cepat. Suri tauladan yang baik selalu berawal
dari atas. Dalam psikologi, dikenal prinsip modelling. Artinya murid
akan dengan mudah meniru perilaku tertentu melalui proses peniruan
terhadap model. Siapa saja dapat bertindak sebagai model. Pemimpin,
orangtua, guru, orang-orang yang mempunyai banyak penggagum, ataupun
orang-orang yang mempunyai pengikut. Jadi, bila pemimpinnya tidak
jujur, sulit mengharapkan rakyatnya juga berlaku jujur. Jika seorang
pejabat korupsi, jangan salahkan kalau bawahannya ikut-ikutan
korupsi. Dan, jangan juga salahkan sang anak yang malas belajar
karena asik menonton televisi, sementara sang anak melihat ibunya
asik menonton sinetron.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kejujuran sulit diterapkan dalam
dunia bisnis dan politik. Pertimbangan moral dikesampingkan dan
lebih mengedepankan nafsu untuk mencari untung atau kekuasaan
semata. Benarkah demikian? Sebaliknya. Padahal, kejujuran akan
membawa pada kelanggengan. Kepercayaan, lebih-lebih dalam dunia
bisnis, membutuhkan prasyarat bernama karakter. Karakter dibangun
dari dua hal utama; kejujuran dan tanggung jawab. Kejujuran
berbicara tentang moralitas dan etika. Sedangkan tanggung jawab
berhubungan dengan kompetensi. Di negeri ini, banyak pebisnis yang
sukses dan politisi yang dikenang hingga kini karena kejujuran yang
dianutnya selama ini. Nilai-nilai yang mereka anut untuk: tidak
ngembat sana-sini, tidak ngemplang, tidak sikut kanan-kiri, tidak
merekayasa nilai proyek, tidak mengulur-ulur penjualan saham, atau
tidak ngadalin mitra kerjanya.

Oleh karena itu kejujuran membutuhkan pengorbanan untuk menunda
kesenangan. Meniti dan mencapai hasil sesuai dengan usaha tanpa
harus memark-up atau menipu. Apa enaknya, bila kesuksesan diraih
dengan begitu cepat, tetapi dengan mengorbankan nilai-nilai
kejujuran. Hidup tak tentram, tidurpun tak nyenyak.

Kejujuran memerlukan kesadaran untuk paham akan batas kelemahan diri
sendiri dan tidak sungkan untuk mengaku salah. Dan juga sebaliknya,
bersedia memaafkan kelemahan orang lain. Kejujuran juga berarti
sadar bila tidak mampu dalam mengerjakan sesuatu. Jika kemampuan
Anda mengangkat beban hanya lima kilo, jangan memaksakan Anda
mengangkat hingga mencapai sepuluh kilo. Jika harga saham
sesungguhnya hanya seribu perak, jangan dipaksakan dijual lima ribu
perak.

Kejujuran merupakan salah satu kunci untuk mengatasi masalah hidup
berbangsa dan bermasyarakat di negeri ini. Seperti pepatah lama
Belanda yang mengatakan, eerlijk duurt 't langst, jujur itu
langgeng. Percayalah. (030908)

Salam
Agus Sang Panglima

Saat Sifat Buruk Ditanggalkan, Sifat Baik Bermekaran



Hore,

Hari Baru!

Teman-teman.

Anda pernah bertemu dengan orang yang sering bersikap negatif? Cara berpikirnya negatif. Cara bicaranya negatif. Cara menyampaikan pendapatnya negatif. Caranya memandang seisi dunia pun negatif. Sebaliknya, anda juga pasti pernah bertemu dengan orang yang sering bersikap positif. Segala sesuatu yang keluar dari mulutnya positif. Tulisan-tulisannya positif. Perilakunya positif. Dan caranya memandang seisi dunia juga positif. Pertanyaannya adalah; apakah perbedaan sikap kedua orang ini disebabkan oleh ’perbedaan gen’ dalam dirinya, atau perbedaan pilihan hidup yang diambilnya?



Jika berkunjung ke lapangan olah raga komplek kami, anda akan melihat pohon mangga yang tinggi dan besar. Dari kejauhan daunnya terlihat hijau rindang, disertai ranting-ranting bersilangan. Namun, kalau melihatnya dari dekat; anda akan tahu bahwa daun-daun hijau nan subur itu bukanlah daun mangga. Melainkan daun benalu yang tebal dan menjalar. Tidaklah mengherankan jika pohon mangga itu enggan berbuah. Kira-kira sebulan yang lalu, kami memotong sebagian pohon mangga itu. Terutama dicabang-cabangnya yang ditumbuhi para benalu. Tidak disangka, ternyata sedemikian banyaknya benalu itu sehingga sebuah mobil bak terbuka harus bolak-balik mengangkut sampahnya.



Hari minggu kemarin, saya berkumpul bersama beberapa warga lain dilapangan itu. Dan tanpa sengaja, kami melihat pohon mangga itu. Kami semua terkagum-kagum dengan pemadangan itu. Kenapa? Karena, sekarang pohon mangga itu dipenuhi oleh pucuk-pucuk daun muda yang besar-besar dan subur-subur. Sekarang, saya menjadi lebih faham; mengapa para bijak bestari sering menasihatkan kita untuk menghilangkan sifat-sifat buruk yang kita miliki. Sebab seperti benalu itu; sifat buruk menyebabkan sifat-sifat baik didalam diri kita enggan muncul ke permukan.



Memang, ada orang yang percaya bahwa sifat baik dan buruk seseorang itu sudah tercetak dalam kode-kode genetiknya. Sehingga, ada ilmuwan yang menduga bahwa orang-orang tertentu dilahirkan dengan bakat menjadi penjahat. Tapi, tidak pernah ada kesepakatan tentang kebenaran dugaan ini. Tuhan tidak adil jika menciptakan orang-orang tertentu dengan gen untuk menjadi manusia picik, berpikiran sempit, dan senang berprasangka buruk. Padahal, Dia menciptakan orang lainnya dengan gen untuk menjadi manusia yang baik, berperangai terpuji, serta sopan dan santun kepada lingkungannya.



Guru ngaji saya sewaktu disurau dulu menjelaskan kalau Tuhan berfirman bahwa; ”Pada saat meniupkan ruh kehidupan kepada janin manusia, Dia memasukkan kecenderungan sifat manusia kepada kebaikan, dan keburukan.” Oleh karenanya kelak ketika dewasa, seorang manusia memiliki kendali penuh atas dirinya sendiri. Apakah dia memilih menjadi manusia yang berperangai baik, atau buruk.



Sayang sekali jika memilih untuk membiarkan sifat-sifat buruk tumbuh subur didalam diri kita. Sebab, saat kita memilih untuk menjadi buruk; sifat-sifat baik kita terkunci rapat. Misalnya, ketika kita memilih untuk memaki orang lain, maka sifat toleran kita tidak kelihatan. Saat kita malas, maka sifat rajin kita hilang. Saat kita membenci orang lain, maka sifat penyayang kita terkekang. Sebaliknya, ketika kita memilih untuk teguh hati, maka sifat cengeng langsung hengkang. Saat kita menghormati hak orang lain untuk berpendapat, maka sifat sok benar sendiri kita tidak mendapat tempat. Dan, saat kita memilih untuk berakhlak mulia, maka perilaku-perilaku tak terpuji kita pergi.



Apa peduli elu? Hidup, hidup gua. Mulut, mulut gua. Terserah mau gua pake apa! Ada orang yang berprinsip begitu? Banyak. Kita pun kadang-kadang demikian. Namun, kita lupa bahwa manfaat bersikap baik itu bukan untuk orang lain. Melainkan bagi diri kita sendiri. Sebab, jika kita berperilaku baik kepada orang lain, kemudian orang lain merespon dengan hal-hal yang baik pada kita; maka yang untung adalah kita. Sebaliknya, jika kita bersikap buruk kepada orang lain, lalu orang lain membenci kita, menjauhi kita, dan mengucilkan kita; maka kita akan kehilangan banyak kesempatan.



Oleh karena itu, sudah saatnya untuk menyadari bahwa berperilaku buruk itu sama sekali tidak memberi manfaat apapun kepada diri sendiri. Apakah dalam konteks hubungan sosial antar manusia, ataupun dalam konteks pekerjaan. Karena, jika kita membawa sifat-sifat buruk itu ke tempat kerja, misalnya; maka percayalah, kita tidak akan disukai teman. Tidak disayangi atasan. Tidak dihormati pelanggan. Sehingga pasti kita akan menjadi pegawai yang gagal. Sebaliknya, ada hadiah istimewa bagi mereka yang membawa perangai baiknya ke tempat kerja. Sebab, dengan sifat-sifatnya yang baik itu; dia akan selalu mendapatkan tempat terhormat, dimanapun dia berada.



Dibeberapa cabang pohon mangga itu sekarang bermunculan bunga-bunga bakal buah. Padahal, ini bukan musim mangga berbuah, loh. Semoga saja, hidup kita juga demikian. Ketika semua sifat buruk dari dalam diri kita dibuang; maka segala sesuatu yang kita lakukan akan membuahkan hasil. Bahkan, dalam bentuk dan jumlah yang tidak pernah kita bayangkan.



Pantaslah kalau Tuhan kemudian berfirman:”Janganlah Engkau mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan”. Karena ternyata benar bahwa keburukan-keburukan sifat kita bisa menyingkirkan sifat baik. Sebaliknya, sifat baik kita bisa mengusir sifat buruk. Jadi, bagaimana caranya menjadi orang baik? Gampang; tanggalkan semua sifat buruk dari dalam diri kita. Karena, ketika benalu yang menempel di batang pohon mangga itu kita buang; dia menemukan kembali kegairahan hidupnya. Kemudian pucuk-pucuk daun yang indah bermunculan. Dan bunga-bunganya, bermekaran.

Powered by Blogger.